“Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan
apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” (Yohanes 3:6)
“Kalau marah ia persis seperti saya.” Cerita
seseorang kepada sahabatnya tentang putranya. Cerita yang tentunya dialami oleh
setiap orangtua. Anak-anak tidak hanya mewarisi kemiripan secara bentuk fisik,
tetapi juga sifat-sifat dan kecenderungan orangtuanya. Kalau saja boleh,
mungkin para orangtua ingin membentuk anaknya dengan semua sifat yang baik
saja, tetapi tentu saja itu tidak mudah.
Kenyataan ini sedikit banyak menolong kita memahami
pernyataan Tuhan Yesus tentang pentingnya kelahiran kembali, “Yesus menjawab,
kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3).
Jelas yang dimaksud Yesus bukanlah proses kelahiran jasmani yang diulang dua
kali, karena hasilnya akan sama saja: manusia berdosa yang tidak ambil bagian
dalam Kerajaan Allah.di sini Yesus sedang berbicara tentang pembentukan hidup
yang sama sekali baru oleh karya Roh Kudus. Renovasi total yang tidak mungkin
dilakukan manusia. Kelahiran pertama membentuk manusia secara jasmani (ayat 6).
Ada kebutuhan untuk bertahan hidup, mengasihi dan dikasihi, dan sebagainya.
Kelahiran kedua membentuk manusia secara rohani. Ada gairah akan hal-hal yang
rohani, hasrat untuk mengenal Tuhan dan menyelaraskan hidup dengan
kehendak-Nya.
Hanya anugerah Roh Kudus yang memungkinkan kita
menyadari ketidakberdayaan kita, mempercayakan diri kepada Yesus sebagai
Juruselamat, dan mengalami kelahiran kembali. Nikodemus, dengan segala
pengetahuan rohaninya tidak dapat ambil bagian dalam Kerajaan Allah tanpa karya
Roh Kudus ini. Demikian juga dengan kita, bukan? Status kristiani turun temurun
atau keaktifan dalam kegiatan gerejawi bukan jaminan kita dilahirkan kembali.
Sudahkah renovasi total oleh Roh Kudus kita alami?
Hidup yang dibarui tak dapat dihasilkan sendiri,
hanya Roh Kudus yang dapat menjadikan kita anak-anak ilahi.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar